*Menyimak Perjalanan Indra Noval dan Jarmes mengembangkan Holtikultura di Kampa
Tulisan Rina Hasan
Indra Noval Sarjana perikanan memang berbeda dengan anak muda lainnya di Kecamatan Kampa bahkan kabupaten Kampar, karena disaat warga Riau terutama Kampar terpukau dengan tanaman kelapa sawit sebagai sektor primadona, Indra Noval justru lebih memilih ranaman holtikultura sebagai andalan, seperti padi dan cabe, walaupun dirinya dipandang sebelah mata.
“Ketika banyak orang yang mengidolakan keuntungan sawit bagi saya tetap lebih menguntungkan tanaman holtikultura ini, hanya saja memang sedikit lebih berlumpur dan berpeluh. Ibaratnya kalau sawit adalah tanaman PNS, maka holtikultura adalah tanaman wiraswasta, yang kalau tidak kerja tidak gajian ” jelasnya dalam acara penanaman padi di desa Kuapan Kecamatan Tambang (12-11-24).
Indra menuturkan, awalnya dirinya merasa kenapa petani dan masyarakat umum di Kampungnya tidak berminat dan memandang sebelah mata Padi dan Cabe. Ini membuatnya merasa Tertantang.
Tahun 2015 Indra memulai usahanya sebagai petani dari bidang perikanan sesuai dengan ilmu yang didapatkan dalam perkuliahan dengan membentuk kelompok tani Kembar Mas.
Pada tahun 2017 Indra bersama rekan-rekannya mulai melirik padi, saat itu mereka melihat potensi padi sangat besar, apalagi di desanya Pulau Birandang ada lahan tidur yang tidak dimanfaatkan.
Mereka lalu membentuk koperasi produsen Jaring Mas Sejahtera dengan filosofi bisa menjaring semu potens yang bisa menghasilkan emas (keuntungan) agar petani bisa sejahtera. Lalu mereka mulai menghitung kebutuhan anggaran untuk menyulap lahan tidur seluas 1,7 km menjadi lahan produktif. Ternyata btuh dana ratusan juta, sementara itu dana ditangannya hanya 40 juta rupiah saja.
“Akhrinya nekat menelpon salah satu anggota DPR RI yang juga anak muda kecamatan Kampa H Syahrul Aidi Maazat menjelaskan kondisi tersebutm. Di luar dugaan beliau tidak banyak berkata malah langsung bertanya” Kamu butuh apa untuk program itu bisa jadi? ” jelasnya.
Tentu saja ini menjadi tantangan bagi Noval, keesokan hariinya atas arahan Syahrul Aidi Noval menemui beberapa pihak dan mendapatkan bantuan alat excavator untuk mulai mengolah lahan tersebut, singkat cerita Syahrul Aidi memberikan sokongan penuh hingga lahan tersebut akhirnya menjelma menjadi sawah
Untuk mengubah pandangan masyarakat, Noval juga memanfaatkan para Amak-Amak di desanya yang sebagian besar adalah janda dan ibu tunggal untuk ikut dalam program tersebut, dengan pemikiran program ini dapat membantu kehidupan ekonomi keluarga mereka.
“Dan alhamdulillah, periode pertama panen padi, kita berhasil memproduksi 6,7 ton untuk setiap hektarnya, dan ini tentu saja mengejutkan sekaligus membanggakan sebagai pembuktian bahwa Padi juga memberikan keuntungan yang besar ” jelasnya.
Setelah padi, Jarmes juga mulai menanam cabe, kali ini menggandeng pihak perbankan, seperti BRI dan BI. Walaupun itu dalam bentuk pinjaman bukan hibah namun para petani ini mampu membuktikan bahwa tanaman holtikultura bisa setara bahkan lebih dari sawit, karena akhirnya bisa mendapatkan kepercayaan dari pihak Perbankan. a
Wlaupun upayanya mengembangkan pertanian menjadi sektor primadona di Kampa masih perlu perjuangan panjang, apalagi merubah karakter dan pandangan masyarakat terhadap petani, namun Indra Noval yakin suatu saat ini akan membuahkan hasil untuk kesejahteraan masyarakatnya. “Jangan pernah malu jadi petani, karena petani produsen kebutuhan terpenting manusia ” tegasnya yakin